Rabu, 19 November 2025


Operasional pabrik ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kamis (27/2/2020). Ganjar meyambut baik operasional pabrik ini, lantaran bisa menjaga pasokan dan menekan harga ARV.

Pasalnya, selama ini pasokan ARV selalu mengandalkan dari luar negeri, sehingga harganya cukup mahal.

“Kami berterima kasih. Tentu ini pioneering yang sangat bagus. Obatnya insyaallah bermanfaat untuk mereka (ODHA),” katanya.

Ganjar menyebut, Jawa Tengah masuk lima besar provinsi dengan kasus HIV tertinggi di Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Papua. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, data estimasi ODHA di Jateng sebanyak 47.514 kasus. Pada 2016, jumlah ini meningkat menjadi 70.354 kasus.

Sementara catatan Dinkes Jateng, epidemi HIV/AIDS di Jawa Tengah sejak 1993 sampai September 2019, dilaporkan sebanyak 30.465. Dengan rincian 17.559 kasus HIV, 12.906 kasus AIDS dan sebanyak 1.915 orang di antaranya sudah meninggal dunia.

Ia juga berharap pabrik yang bekerja sama dengan India ini juga bisa meriset lebih dalam semua penyakit yang diakibatkan oleh virus, termasuk Covid-2019 yang sedang mewabah di dunia.
Ia juga berharap pabrik yang bekerja sama dengan India ini juga bisa meriset lebih dalam semua penyakit yang diakibatkan oleh virus, termasuk Covid-2019 yang sedang mewabah di dunia.Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito menambahkan pabrik farmasi antiretroviral milik PT Sampharindo Retroviral Indonesia ini merupakan pabrik obat antivirus pertama di Indonesia.BPOM turut mendukung dengan mempercepat proses perizinan untuk obat yang akan diedarkan, termasuk memfasilitasi dengan mendatangkan investor sehingga ke depannya pabrik ini bisa mandiri dan membuat obat ARV di dalam negeri."Dengan membuat produk di rumah sendiri, di dalam negeri, maka bisa menghasilkan produk yang lebih murah. Ini bisa membantu saudara kita yang biasanya harus membeli obat dengan harga mahal. Apalagi obat ARV ini sangat dibutuhkan," kata Penny. (lhr) Reporter: Ali MuntohaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler