Pemudik ke Jateng Capai 565.965 Orang, Ganjar Minta Penanganan dengan Narasi Positif
Ali Muntoha
Rabu, 22 April 2020 17:45:25
Apalagi jumlah pemudik yang pulang kampung di provinsi ini jumlahnya mencapai 565.965 orang. Ganjar mengatakan, data itu hanya di bulan April 2020.
Jumlah pemudik paling banyak di Jateng berada di Brebes, yang mencapai 76.016 orang. Selain Brebes, empat daerah lain juga menjadi tertinggi di Jateng.
"Ada lima daerah dengan pemudik paling besar di Jateng selama pandemi ini. Brebes ada 76.016, disusul Banyumas 73.463, Pemalang 58.517, Kabupaten Tegal 48.826 dan Wonogiri 43.100," kata Ganjar, Rabu (22/4/2020).
Semua pemudik yang pulang ke Jateng tersebut lanjut Ganjar dicatat baik-baik oleh pemerintah daerah setempat. Semuanya juga dilakukan penanganan sesuai protokol kesehatan yang berlaku.
"Tidak hanya di kabupaten/kota, namun di desa-desa juga mereka (pemudik) itu didata. Jadi, semua siap dengan kondisi ini," ujarnya.
Dilihat dari kurvanya, jumlah pemudik hingga hari ini lanjut Ganjar menunjukkan penurunan. Terutama pemudik yang menggunakan bus, pesawat dan kereta api.
"Kapal laut sempat meningkat, namun prosentasenya sangat kecil. Secara keseluruhan, pemudik yang pulang menggunakan transportasi umum terus menurun," imbuhnya.
Pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada para pekerja Jateng yang ada di kota-kota besar untuk tidak mudik. Apalagi saat ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik kepada masyarakat.
Ganjar Pranowo juga meminta agar penanganan kebijakan tersebut dilakukan dengan narasi positif.
Baca: Larangan Mudik Mulai Berlaku 24 April, Sanksi Efektif Per 7 MeiLarangan mudik lanjut Ganjar membuat sebagian orang memandang negatif perantau. Padahal bagi Ganjar, mereka adalah pahlawan kemanusiaan karena telah mengorbankan dirinya untuk tidak mudik."Sekarang narasinya harus diubah, jangan anggap pemudik itu penjahat. Jangan kita (setelah ada kebijakan larangan mudik) seperti ngejar-ngejar buronan. Yang harus dilakukan setelah Presiden melarang mudik itu adalah mengedukasi mereka, caranya adalah kasih insentif agar mereka aman," terangnya.Oleh karenanya menurut dia, saat ini pihaknya menggencarkan pendataan warga Jateng yang tidak mudik. Sehingga pemerintah bisa membantu untuk menjamin keberlangsungan hidupnya di perantauan."Banyak pertanyaan kepada saya, pak saya oke tidak pulang, tapi yang ngasih makan saya siapa?. Saya buruh harian, tukang ojek online, pedagang yang dapat uang sehari habis untuk kebutuhan sehari. Kalau mereka semua ini didata, dikasih insentif, maka urusan ini bisa selesai," tambahnya.Untuk itu, Ganjar meminta agar pemerintah benar-benar memperhatikan nasib para perantau yang tidak boleh mudik tersebut. Apabila memang dibutuhkan gotong royong dari berbagai daerah, Jawa Tengah lanjut Ganjar siap membantu."Kami siap kalau memang butuh gotong royong. Ayo rapat soal gotong royong itu dan kita eksekusi bersama," tegasnya. (lhr) Reporter: Ali MuntohaEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Semarang – Pemerintah pusat telah mengeluarkan larangan mudik yang berlaku mulai Jumat (24/4/2020). Kebijakan itu mendapat sambutan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, karena bisa memutus rantai penyebaran Covid-19.
Apalagi jumlah pemudik yang pulang kampung di provinsi ini jumlahnya mencapai 565.965 orang. Ganjar mengatakan, data itu hanya di bulan April 2020.
Jumlah pemudik paling banyak di Jateng berada di Brebes, yang mencapai 76.016 orang. Selain Brebes, empat daerah lain juga menjadi tertinggi di Jateng.
"Ada lima daerah dengan pemudik paling besar di Jateng selama pandemi ini. Brebes ada 76.016, disusul Banyumas 73.463, Pemalang 58.517, Kabupaten Tegal 48.826 dan Wonogiri 43.100," kata Ganjar, Rabu (22/4/2020).
Semua pemudik yang pulang ke Jateng tersebut lanjut Ganjar dicatat baik-baik oleh pemerintah daerah setempat. Semuanya juga dilakukan penanganan sesuai protokol kesehatan yang berlaku.
"Tidak hanya di kabupaten/kota, namun di desa-desa juga mereka (pemudik) itu didata. Jadi, semua siap dengan kondisi ini," ujarnya.
Dilihat dari kurvanya, jumlah pemudik hingga hari ini lanjut Ganjar menunjukkan penurunan. Terutama pemudik yang menggunakan bus, pesawat dan kereta api.
"Kapal laut sempat meningkat, namun prosentasenya sangat kecil. Secara keseluruhan, pemudik yang pulang menggunakan transportasi umum terus menurun," imbuhnya.
Pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada para pekerja Jateng yang ada di kota-kota besar untuk tidak mudik. Apalagi saat ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik kepada masyarakat.
Ganjar Pranowo juga meminta agar penanganan kebijakan tersebut dilakukan dengan narasi positif.
Baca: Larangan Mudik Mulai Berlaku 24 April, Sanksi Efektif Per 7 Mei
Larangan mudik lanjut Ganjar membuat sebagian orang memandang negatif perantau. Padahal bagi Ganjar, mereka adalah pahlawan kemanusiaan karena telah mengorbankan dirinya untuk tidak mudik.
"Sekarang narasinya harus diubah, jangan anggap pemudik itu penjahat. Jangan kita (setelah ada kebijakan larangan mudik) seperti ngejar-ngejar buronan. Yang harus dilakukan setelah Presiden melarang mudik itu adalah mengedukasi mereka, caranya adalah kasih insentif agar mereka aman," terangnya.
Oleh karenanya menurut dia, saat ini pihaknya menggencarkan pendataan warga Jateng yang tidak mudik. Sehingga pemerintah bisa membantu untuk menjamin keberlangsungan hidupnya di perantauan.
"Banyak pertanyaan kepada saya, pak saya oke tidak pulang, tapi yang ngasih makan saya siapa?. Saya buruh harian, tukang ojek online, pedagang yang dapat uang sehari habis untuk kebutuhan sehari. Kalau mereka semua ini didata, dikasih insentif, maka urusan ini bisa selesai," tambahnya.
Untuk itu, Ganjar meminta agar pemerintah benar-benar memperhatikan nasib para perantau yang tidak boleh mudik tersebut. Apabila memang dibutuhkan gotong royong dari berbagai daerah, Jawa Tengah lanjut Ganjar siap membantu.
"Kami siap kalau memang butuh gotong royong. Ayo rapat soal gotong royong itu dan kita eksekusi bersama," tegasnya. (lhr)
Reporter: Ali Muntoha
Editor: Ali Muntoha