Sekda Jateng Akui Sulit Gerakkan Warga untuk Kelola Sampah
Murianews
Kamis, 14 September 2017 16:44:21
Ia menyebut, pengelolaan sampah merupakan masalah turun-temurun yang belum sepenuhnya tuntas. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kompleksitas pengelolaan sampah pun meningkat.
“Pengelolaan sampah menjadi masalah sejak kita lahir. Orang-orang pendahulu kita sudah dihadapkan dengan masalah sampah, meski tidak serumit sekarang. Saat ini manusia makin banyak frekuensi aktivitasnya, makin banyak persoalan sampah yang muncul,” katanya.
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu mencontohkan, banjir di perkotaan yang terjadi tak semata-mata karena buruknya sistem drainase. Namun juga disebabkan masalah sampah yang belum ditangani dengan baik.
Menurutnya, cara yang jitu yakni, pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan hal penting yang harus diterapkan.
“Pengelolaan sampah berbasis masyarakat itu penting. Tapi menggerakkan masyarakat itu tidak mudah. Perlu menciptakan mindset,” ujarnya.Sri Puryono menuturkan, pihaknya bercita-cita menggagas program
clean and green city. Melalui program tersebut, dia berharap, budaya untuk memilah, mengolah, dan memanfaatkan kembali daur ulang sampah dapat diterapkan secara kontinyu.“Untuk kita yang di Jawa Tengah, saya punya angan-angan bagaimana menciptakan
clear and green city. Kalau kota bersih dan hijau, maka nyamanlah sudah kota itu. Ini hendaknya dilakukan pula di tingkat kecamatan, kelurahan atau desa. Untuk mengelola sampah dengan baik, perlu memilah, memilih, mengolah, dan memanfaatkan kembali daur ulang sampah,” pungkasnya.
Editor : Ali Muntoha
Murianews, Semarang – Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Tengah Sri Puryono menyebut masalah sampah di provinsi ini cukup kompleks. Penyebabnya, sulit untuk mengajak masyarakat untuk mengelola sampah.
Ia menyebut, pengelolaan sampah merupakan masalah turun-temurun yang belum sepenuhnya tuntas. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kompleksitas pengelolaan sampah pun meningkat.
“Pengelolaan sampah menjadi masalah sejak kita lahir. Orang-orang pendahulu kita sudah dihadapkan dengan masalah sampah, meski tidak serumit sekarang. Saat ini manusia makin banyak frekuensi aktivitasnya, makin banyak persoalan sampah yang muncul,” katanya.
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu mencontohkan, banjir di perkotaan yang terjadi tak semata-mata karena buruknya sistem drainase. Namun juga disebabkan masalah sampah yang belum ditangani dengan baik.
Menurutnya, cara yang jitu yakni, pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan hal penting yang harus diterapkan.
“Pengelolaan sampah berbasis masyarakat itu penting. Tapi menggerakkan masyarakat itu tidak mudah. Perlu menciptakan mindset,” ujarnya.
Sri Puryono menuturkan, pihaknya bercita-cita menggagas program clean and green city. Melalui program tersebut, dia berharap, budaya untuk memilah, mengolah, dan memanfaatkan kembali daur ulang sampah dapat diterapkan secara kontinyu.
“Untuk kita yang di Jawa Tengah, saya punya angan-angan bagaimana menciptakan clear and green city. Kalau kota bersih dan hijau, maka nyamanlah sudah kota itu. Ini hendaknya dilakukan pula di tingkat kecamatan, kelurahan atau desa. Untuk mengelola sampah dengan baik, perlu memilah, memilih, mengolah, dan memanfaatkan kembali daur ulang sampah,” pungkasnya.
Editor : Ali Muntoha