Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Yogyakarta - Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) menemukan tujuh kasus Omicron subvarian BA.2 atau dikenal dengan sebutan Son of Omicron di DIY.

Baca: Kemenkes Catat Ada 330 Kasus Omicron Siluman di Indonesia

Ketua Pokja FKKMK UGM Gunadi mengatakan, varian baru BA.2 itu bahkan sudah diketahui sejak awal Februari lalu. Tepatnya saat Pokja Genetik FKKMK UGM melakukan pemeriksaan kepada 47 sampel kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS).

Gunadi merinci dari hasil 47 sampel yang diperiksa di laboratorium FKKMK UGM tersebut setidaknya ada sejumlah temuan. Di antaranya adalah 39 sampel merupakan kasus Omicron dan 8 sisanya merupakan virus corona varian delta.

"Total diperiksa 47 sampel. Dari situ 39 sampel adalah omicron dan 8 sampel delta. Nah dari 39 (sampel Omicron) tadi, ada 7 di antaranya adalah BA.2," katanya seperti dikutip Suara.com, Senin (7/3/2022)

Gunadi menyatakan, vaksinasi Covid-19, khususnya booster, masih menjadi kunci untuk mengurangi tingkat keparahan ketika terpapar varian BA.2 itu. Sejauh ini sudah ada beberapa hasil penelitian yang menyebut bahwa BA.2 lebih menurunkan efektivitas vaksin dibanding BA.1.

Baca: Ketahui, Ini Gejala Omicron yang Paling Banyak Dialami Pasien

"Kalau terkait vaksinasi sudah ada beberapa hasil penelitian memang dikatakan dia (BA.2) lebih menurunkan efektivitas vaksin dibanding BA.1 ada tapi masih sama artinya dengan pemberian booster itu masih bisa menaikkan tingkat efektivitas vaksin itu kembali," terangnya.

Oleh sebab itu, Gunadi menyatakan vaksinasi booster masih menjadi kunci terkait ancaman varian BA.2 tersebut. Hal ini yang kemudian juga masih terus diupayakan oleh pemerintah.

Termasuk dengan menyasar lebih dulu masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan. Dalam hal ini lansia maupun pemilik komorbid selain juga tenaga kesehatan hingga ke masyarakat umum."Jadi tetap kunci utama adalah vaksinasi, booster khususnya. Itu akan menaikkan kembali daya kemampuan sistem imun kita untuk menangkal keparahan minimal. Kita boleh terinfeksi tapi jangan sampai parah kan seperti itu kira-kira," tegasnya.Baca: Jokowi Beberkan Dua Poin Penting Atasi OmicronDitanya terkait fatalitas dari BA.2 sendiri, Gunadi masih tetap berpedoman kepada WHO yang menyatakan belum ada perbedaan signifikan antara BA.1 dan BA.2.Saat ini yang ditemukan terkait BA.2 adalah dari segi transmisi yang lebih cepat. Kecepatan transmisi atau data penularan menurut WHO itu bahwa BA.2 lebih cepat dari BA.1 yang lebih cepat juga daripada Delta.Walaupun memang WHO juga masih tetap menganggap BA.2 sebagai keluarga Omicron."Kan kalau kita bayangkan BA.1 lebih cepat dari delta, kemudian BA.2 lebih cepat dari BA.1 itu kan tentunya itu akan menjadi menjadi isu tersendiri terkait daya transmisinya," tambahnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Suara.com

Baca Juga

Komentar