Tak Bisa Masuk ke Gubernuran, Massa Aksi 11 April Jateng Bakar Ban
Murianews
Senin, 11 April 2022 19:50:13
MURIANEWS, Semarang — Demo mahasiswa di depan Kantor Gubernur Jateng diwarnai dengan aksi bakar ban, Senin (11/4/2022). Hal itu dilakukan lantaran massa tak bisa masuk kompleks kantor Gubernur karena terhalang kawat berduri dan personel kepolisian.
Awalnya, massa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Semarang datang ke depan Kantor Gubernur Jateng sekitar pukul 15.30 WIB. Massa yang ingin masuk ke dalam kompleks Kantor Gubernur Jateng, terhalang kawat berduri yang dipasang aparat kepolisian.
Baca:
Demo di DPR Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke MahasiswaAdanya kawat berduri itu membuat massa terpancing emosi. Mereka pun terlihat saling dorong dan melakukan aksi bakar ban di tengah jalan.
Melansir
Solopos.com, seorang peserta aksi, Widia Alistrina mengaku tidak sepakat dengan pemasangan kawat berduri itu. Mereka menilai kawat berduri itu sebagai bentuk pembatasan demo dan menganggap peserta ujuk rasa seolah-olah hewan buas.
”Enggak sepakat, seolah- seolah menjadi musuh. Kayak anjing saja dipasang seperti itu,” kata Widia, Senin (11/4/22).
Saat ditanya kenapa kelompoknya memulai aksinya dengan cara bakar-bakaran ban, ia mengungkapkan para oligarki dan kapitalis yang membakar hutan saja tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.
Namun, menurut Widia, ketika mahasiswa membakar ban justru dijaga banyak personel. Seharusnya, para oligarki dan kapitalis yang ditindak tegas, bukan mahasiswa.
Baca:
Ikut Demo 11 April, Tiga Siswa SMA Diciduk Gurunya
”Sementara mahasiswa yang cuma bakar bakar ban beberapa biji saja dikawal polisi, kemudian ada TNI juga. Padahal, mahasiswa ini kan suara rakyat yang memiliki kebebasan demokrasi untuk menyampaikan aspirasi. Katanya ini negara demokrasi, tapi secara prosedural bukan substansial,” tegasnya.Meski demikian, sekitar pukul 17.34 WIB, massa aksi dari kalangan mahasiswa itu akhirnya ditemui perwakilan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng.Masa kemudian meminta perwakilan Pemprov Jateng membacakan tuntutan terkait menolak penundaan Pemilu 2024, menolak Presiden Jokowi 3 periode, dan meminta pemerintah menurunkan harga sejumlah bahan pokok dan BBM.Sementara itu, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, saat memimpin apel pengamanan unjuk rasa, mengatakan akan melakukan pengawalan aksi demo 11 April yang diikuti kalangan mahasiswa itu secara humanis. Pihaknya juga telah menyiapkan 900 personel untuk mengawal aksi unjuk rasa atau demo mahasiswa pada 11 April itu di Semarang.Baca:
Dosen UI Ade Armando Babak Belur Dipukuli Massa Aksi 11 April”Hari ini, akan dilaksanakan unjuk rasa atau kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Dari tiga elemen mahasiswa yang ada di Kota Semarang ada sekitar 250 orang yang berunjuk rasa. Polrestabes Semarang bersama TNI dan didukung Polda Jateng telah melakukan persiapan pengamanan. Pastinya, pelaksanaan pengamanan akan dilakukan secara humanis,” ujar Kapolrestabes Semarang. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber:
Solopos.com
[caption id="attachment_284070" align="alignleft" width="880"]

Massa dari kalangan mahasiswa membakar ban di depan Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, saat demo 11 April. (Solopos.com/Dickri Tifani Budi)[/caption]
MURIANEWS, Semarang — Demo mahasiswa di depan Kantor Gubernur Jateng diwarnai dengan aksi bakar ban, Senin (11/4/2022). Hal itu dilakukan lantaran massa tak bisa masuk kompleks kantor Gubernur karena terhalang kawat berduri dan personel kepolisian.
Awalnya, massa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Semarang datang ke depan Kantor Gubernur Jateng sekitar pukul 15.30 WIB. Massa yang ingin masuk ke dalam kompleks Kantor Gubernur Jateng, terhalang kawat berduri yang dipasang aparat kepolisian.
Baca:
Demo di DPR Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Mahasiswa
Adanya kawat berduri itu membuat massa terpancing emosi. Mereka pun terlihat saling dorong dan melakukan aksi bakar ban di tengah jalan.
Melansir
Solopos.com, seorang peserta aksi, Widia Alistrina mengaku tidak sepakat dengan pemasangan kawat berduri itu. Mereka menilai kawat berduri itu sebagai bentuk pembatasan demo dan menganggap peserta ujuk rasa seolah-olah hewan buas.
”Enggak sepakat, seolah- seolah menjadi musuh. Kayak anjing saja dipasang seperti itu,” kata Widia, Senin (11/4/22).
Saat ditanya kenapa kelompoknya memulai aksinya dengan cara bakar-bakaran ban, ia mengungkapkan para oligarki dan kapitalis yang membakar hutan saja tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.
Namun, menurut Widia, ketika mahasiswa membakar ban justru dijaga banyak personel. Seharusnya, para oligarki dan kapitalis yang ditindak tegas, bukan mahasiswa.
Baca:
Ikut Demo 11 April, Tiga Siswa SMA Diciduk Gurunya
”Sementara mahasiswa yang cuma bakar bakar ban beberapa biji saja dikawal polisi, kemudian ada TNI juga. Padahal, mahasiswa ini kan suara rakyat yang memiliki kebebasan demokrasi untuk menyampaikan aspirasi. Katanya ini negara demokrasi, tapi secara prosedural bukan substansial,” tegasnya.
Meski demikian, sekitar pukul 17.34 WIB, massa aksi dari kalangan mahasiswa itu akhirnya ditemui perwakilan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng.
Masa kemudian meminta perwakilan Pemprov Jateng membacakan tuntutan terkait menolak penundaan Pemilu 2024, menolak Presiden Jokowi 3 periode, dan meminta pemerintah menurunkan harga sejumlah bahan pokok dan BBM.
Sementara itu, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, saat memimpin apel pengamanan unjuk rasa, mengatakan akan melakukan pengawalan aksi demo 11 April yang diikuti kalangan mahasiswa itu secara humanis. Pihaknya juga telah menyiapkan 900 personel untuk mengawal aksi unjuk rasa atau demo mahasiswa pada 11 April itu di Semarang.
Baca:
Dosen UI Ade Armando Babak Belur Dipukuli Massa Aksi 11 April
”Hari ini, akan dilaksanakan unjuk rasa atau kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Dari tiga elemen mahasiswa yang ada di Kota Semarang ada sekitar 250 orang yang berunjuk rasa. Polrestabes Semarang bersama TNI dan didukung Polda Jateng telah melakukan persiapan pengamanan. Pastinya, pelaksanaan pengamanan akan dilakukan secara humanis,” ujar Kapolrestabes Semarang.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber:
Solopos.com